Photobucket

Rock Photography

Helloween live at Java Rockin'land 2011

Photobucket

Rock Photography

The Brandals @Jakcloth 2012

Photobucket

Rock Photography

Koil at Kaskus Jelajah TKP

Photobucket

Rock Photography

Jono of Gugun Blues Shelter

Photobucket

Rock Photography

Koil at Kaskus Jelajah TKP

Wednesday, 26 December 2012

Konser Guns N' Roses Jakarta - Part 2 - Welcome to the Jungle

Minggu 16 Desember 2012 @Mata Elang International Stadium - Ancol - 

Saya sampai depan MEIS Ancol pukul setengah sebelas, bersama Rizal dan satu orang lagi yang baru kenal. Sampai sana sudah banyak orang dengan kaos hitam-hitam, banyak pula yang sudah siap-siap ngantri, kami juga langsung ikut ngantri. Cukup lama menunggu open gate, karena walaupun sudah jam 11.00 tapi belum dibuka juga. Ngantri dibawah terik matahari pantai selama hampir satu jam mungkin melelahkan meski angin sepoi-sepoi terus berhembus, tapi entah rasanya koq saya tetap enjoy dan tidak ada rasa jengkel atau kesal sama sekali. 

Sekitar pukul setengah dua belas, antrian dibuka. Tiket di-scan satu persatu, melewati beberapa kali pemeriksaan security dan akhirnya menuju lantai atas untuk Festival B, wow.. kita dapat tempat duduk yang nyaman, gak nyangka.. walaupun tempatnya jauh dari panggung tapi cukup nyaman dan bisa melihat panggung secara keseluruhan. Sedangkan untuk VIP menempati posisi terdekat dengan panggung meskipun posisi berdiri, di belakangnya adalah Festival A yang juga berdiri. 



Antrian masuk stadium

Panggungnya kecil, tidak megah, meskipun ada 1 big screen di tengah panggung, 2 di sisi samping, dan 2 lagi di samping berdekatan dengan Festival B tapi ya sudahlah, ini jauh lebih baik dari Lapangan D. Saya tinggal berharap kualitas sound-nya baik, dan lighting-nya akan keren. Cukup lama menunggu di dalam. Teman baru saya di sebelah malah asyik dengan HP androidnya, update info-info konser GNR Jakarta, dan chating dengan temannya. Heran.. padahal batere HP saya sudah banyak berkurang , tapi HP dia masih kuat buat internetan, lalu saya tanya: “HP lo kuat baterenya?” Dia bilang: “Tenaaang.. gua masih ada 2 batere lagi di tas” Saya: “Anjriit.. hahhaa niat banget lo” Padahal tampangnya kayak orang sakau gitu tapi persiapan dan gadgetnya boleh juga doi. 

Narsis sejenak

Pukul 1 kurang 15 menit lampu di bagian penonton dipadamkan… segera mereka mengerti ini tanda pertunjukkan segera dimulai, merekapun berteriak ketika menyadari di panggung tampak beberapa anggota GNR muncul dan memegang instrumen.. Penonton semakin histeris!! Terdengar suara gitar, intro lagu Chinese Democracy dimainkan.. pononton semakin ramai, disusul suara Drums, Bass, dan keyboard. Kemudian muncul sosok pria bertopi koboi, Rizal langsung teriak “itu Axl, itu Axl!” hahaha.. benar, Axl langsung menyanyikan lagu tersebut. Luar biasa.. saya mendengar langsung suara parau Axl Rose dengan telinga saya sendiri!! Whoohoo… 




Setelah Chinese Democracy, langsung disusul 3 lagu lagi tanpa basa-basi, Welcome to the  Jungle, It’s So Easy, dan Mr. Brownstone. Barulah setelah lagu itu axl menyapa “I wanna say good afternoon” dan disambut teriakan penonton, dilanjutkan dengan lagu Estranged dan lagu favorit saya Rocket Queen, lagu tersebut terdengar lebih keras dari aslinya namun groove-nya tetap asik. 


Tibalah saatnya Richard Fortus solo gitar, gitaris yang mengenakan baju merah tersebut memainkan lagu milik sendiri Blacklight Jesus of Transylvania, yang diiringi member GNR lainnya. Axl kembali muncul dengan lagu cover milik Wings; Live and Let Die, This I Love, dan lagu favorit saya di album Chinese Democracy; Better
 
Giliran Bassist Tommy Stinson unjuk kebolehan, dia memainkan dan menyanyikan lagunya sendiri yang berjudul Motivation, lagu bernuansa punk rock tersebut dimainkan full band dengan member GNR lainnya. Tommy memang pernah tergabung dalam band punk alternative The Replacements, tidak heran jika pengaruh punknya kental sekali. Seketika itu saya jadi teringat Duff, yang juga memiliki roots musik punk. Timbul pertanyaan di benak saya, apakah Axl sengaja mencari pemain bass dengan background punk? Atau hanya kebetulan? Entahlah..

Setelah Tommy selesai, Dizzy Reed mengambil alih perhatian penonton dengan solo pianonya. Keyboardis yang sudah bergabung di GNR sejak 1990 ini memainkan No Quarter-nya Led Zeppelin. Tak lama kemudian disusul lagu dari album Chinese Democracy; Chatcher in the Rye.

Kemudian berlanjut dengan lagu Street of Dreams, lagu yang membosankan.. untunglah ada aksi menarik yang lucu di lagu ini, ketika DJ Ashba sedang mainin solo gitar, Axl iseng ngerjain DJ Ashba dengan mengikat kakinya menggunakan pita merah, kejadian spontan ini menarik perhatian penonton, senang rasanya melihat sisi humoris Axl, maklum kabar yang santer beredar di internet  belakangan ini kebanyakan cerita seputar arogansi Axl.

Kembali lagi ke era 90-an dengan lagu You Could Be Mine.. yeah!! Sountrack dari Terminator ini cukup ngangkat suasana jadi kembalis panas.


Axl kemudian memperkenalkan salah satu gitarisnya, Dj Ashba, disambut tepuk tangan penonton. Gitaris keturunan Asia tersebut langsung memainkan solo gitar. Seperti dalam konser GNR di tempat lain.. doi memainkan Mi Amor, lagu miliknya sendiri. Ini lagu enak banget melodi-nya, saya yakin dia bisa memberikan kontribusi yang baik di album GNR 2013 mendatang, karena saya sudah mengenal Dj Ashba ketika di album pertama Sixx AM tahun 2007, sebelum masuk GNR. Jika mendengarkan permainannya di album itu, riff-riff nya cukup asik, juga petikan akustiknya. (Note: Sixx AM merupakan band dari bassist-nya Motley Crue, Nikki Sixx. Dj Asha sebagai gitaris dan backing vocal.)

Di  akhir lagu Mi Amor langsung disambung dengan intro Sweet Child O’ Mine, yang disambut sorak penonton. Lagu itu benar-benar mengingatkan saya pada jaman SMP, tak terkecuali si Rizal di samping saya yang ikutan nyanyi, yoi.. dia apal bener liriknya.

Lagu selanjutnya agak cooling down, lagu cover dari Pink Floyd; Another Brick in the Wall, lagu klasik tersebut membuat penonton sing-along bersama, terutama ketika Axl muncul dan memainkan piano, disambung dengan  lagu Elton John Someone Saved My Life Tonight yang juga dimainkan Axl dengan piano. Lalu tiba-tiba nada piano berubah.. bukan lagu Elton John lagi.. ini intro lagu November Rain!! wuahh.. penonton lagi-lagi bersorak.. sesaat kemudian larut dalam lirik tragis tersebut. Diantara lagu GNR lainnya, lagu tersebut termasuk keramat dan suram. Setiap mendengar lagu ini saya seperti mengalami trauma berkepanjangan yang tidak ada habisnya.  Bagian outro yang merupakan klimaks November Rain langsung disikat raungan gitar Bumblefoot dengan Gibson Putihnya.. sangat menyayat! Perih!! Ketika lagu berakhir.. badan saya sudah terasa lemas..  seperti habis disayat-sayat silet dan hampir kehabisan darah!!! 
…. Berlebihan gak sih bahasanya.. :p

Saatnya Istirahat sejenak dengan menyaksikan Bumblefoot bersolo gitar sambil bernyanyi, dengan lagu Objectify, Permainannya not bad lah, cukup fresh buat musik rock jaman sekarang. Tapi tiba-tiba ada sebuah kejutan ketika dia memainkan gitar akustik.. sekilas saya tidak tahu lagu apa yang dimainkan, sesaat kemudian dia memainkan petikan gitar dengan melodi yang sangat familiar buat orang Indonesia, lagu Indonesia Raya! Sodara-sodara… Dia memainkan Indonesia Raya! hahaha, Saat itu juga penonton bersorak dan segera menyanyikan liriknya. Banyak pula yang langsung merekam momen tersebut dengan gadget seadanya. Meskipun tidak dibawakan secara utuh tapi lagu tersebut berhasil mencuri hati penonton sebagai warga Indonesia dan membuat kesan yang mendalam. 

Keriuhan penonton belum sepenuhnya mereda, namun gitaris berjanggut panjang tersebut kembali membuai penonton dengan intro lagu Don’t Cry yang disusul munculnya member lain ke atas panggung.



Untuk kesekian kalinya GNR membawakan lagu cover dari band yang menjadi inspirasi mereka, seperti lagu The Seeker dari The Who, lalu dilanjutkan dengan Civil War dan Knockin on Heaven’s Door yang diselingi dengan improvisasi personil GNR termasuk Axl yang berkali-kali mengajak penonton menyanyikan bagian reff lagu milik Bob Dylan tersebut. Setelah puas “bermain-main” mereka kembali membuat panas Stadium dengan lagu Nightrain!  

Ketika Nightrain berakhir, keriuhan penonton masih terasa ramai.. namun semua anggota GNR segera meninggalkan panggung, lampu panggung meredup. Penonton yang belum puas kemudian berteriak “We Want More!!” berkali-kali, hingga akhirnya dua gitaris GNR Richard Fortus dan Bumblefoot memasuki panggung dan telah siap dengan gitar akustiknya, di bagian Encore ini mereka asik nge-jam berdua yang disambung dengan intro lagu Patience, Axl lalu muncul sambil bersiul yang dilanjutkan senandung oleh penonton hingga akhir lagu. 

Hingga saat itu, hampir 30 lagu telah dimainkan dari pukul satu siang hingga hampir pukul setegah lima. Saya mulai ngerasa pegel dan capek teriak-teriak terus dari awal lagu, meski fisik lelah tapi jiwa tetap semangat. Untunglah lagu Patience yang agak melow tadi cukup memberikan waktu untuk mengumpulkan tenaga menuju lagu berikutnya, lagu terakhir di konser tersebut, Paradise City!! 



Intro gitar dan gebukan drum langsung dimainkan sebagai pemanasan diiringi sing-along penonton “Take me down to the Paradise City where the grass is green, and the girls are pretty…” Axl menyanyikannya dengan sedikit improvisasi, setelah lead gitar dimainkan DJ Ashba, Axl meniup peluit.. tanda dimulainya ledakan adrenalin yang akan terus meledak-ledak hingga penghujung lagu, seluruh personil memainkan part terbaiknya dengan senjata dan amunisinya masing-masing, seluruh penonton mengeluarkan semua sisa energi untuk meluapkan ekspresinya. Axl yang dari awal cenderung dingin komunikasi dengan audiens akhirnya mengeluarkan beberapa kata “Thank You Jakarta, You’re amazing!!” diteriakkan Axl dengan lantang kemudian melempar mick-nya ke penonton dan menendang tiang mick sembari tertawa, sorak-sorai penonton terus bergemuruh di stadium hingga semua anggota GNR meninggalkan panggung. Yeeaaaah.. maka sore itu terpuaskan sudah impian kami selama 20 tahun.. :D   


Luar biasa sekali sore itu, walaupun sangat disayangkan banyak lagu GNR favorit saya yang tidak dimainkan, seperti Anything Goes, Dont Damn Me, dan Shoutgun Blues, tapi konser tersebut sangat berkesan. Sehingga kelak di kemudian hari saya bisa cerita dengan bangga ke anak-cucu saya, bahwa saya pernah menyaksikan langsung Guns N Roses di Jakarta.


Tokoh dalam cerita ini:
Saya, Rocker gagal yang menggemari GNR sejak SMP, khususnya album Appetide for Destruction.

Rizal, menggemari GNR khususnya Axl Rose hingga kini, meski sekarang sudah menjadi rocker kantoran.

Konser Guns N' Roses Jakarta - Part 1 - Menuju Paradise City

Sejak 17 Oktober lalu, jejaring sosial dipenuhi info mengenai konser GNR di Jakrta. Saya sendiri mengetahuinya dari fanpage majalah Hai di facebook, kemudian saya cek di situs resmi GNR, memang benar.. Jakarta masuk dalam tour dates mereka.. Woow, bahkan di halaman depan web tersebut juga terdapat info konser di Jakarta yang baru di-update hari itu juga. Informasi tersebut juga ramai di twitter, responnya bermacam-macam, ada yang senang, ragu, bahkan banyak pula yang mencaci, terserahlah.

Tapi sejak tersiar berita itu, saya mulai gak tenang, antara mau nonton atau tidak. Pertimbangannya macam-macam, personel baru yang tidak begitu familiar buat saya, dan kemungkinan tidak diperbolehkan membawa kamera SLR, serta harga tiket yang mahal adalah alasan utama. 




Dua bulan saya mengesampingkan dahulu rencana tersebut, saya fokus dulu ke pekerjaan dan hobi stage photography saya. Hingga seminggu sebelum hari H, teman saya Rizal sms nanyain soal tiket, wuihh sepertinya dia posotif mau ikut nonton, maklum, axl itu idolanya sejak SMP. Saya pun mulai terbakar, saya ajak teman-teman saya yang lain. Mereka kebanyakan memang tertarik nonton, tapi banyaknya pertimbangan malah bikin mereka memutuskan gak ikut, karena mereka hanya sebatas “suka GnR”, tapi tidak fanatik. Tentunya ngerasa sayang jika harus mengeluaran banyak uang. Saya pun maklum… ya sudahlah kalau begitu saya nonton sama si rizal dan juga (rencananya) bersama istrinya. 

H-3 saya mencoba pesan tiket online, tapi karena koneksi internet lelet jadi lebih baik beli langsung di kantor Rajakarcis di SCBD Sudirman, namun hingga H-2 saya belum sempat pergi ke rajakarcis karena kesibukan di kantor. Barulah pada H-1 saya kesana, tapi ternyata penjualan sudah ditutup dan hanya akan dijual di venue pada hari H besoknya. Oke oke..  saya semakin gak tenang jika belum memegang tiket, apalagi si Rizal juga nitip tiket ke saya.

Dan tibalah 15 desember 2012, hari yang telah lama ditunggu. Saya mengenakan t-shirt GnR album Lies, dan berangkat sama Rizal, tanpa istrinya. Kami berangkat menuju Senayan menjemput impian yang kami pendam sejak masa SMP.
Siang itu saya berdua tiba di Senayan sekitar pukul 15.00,  jalan menuju lapangan D ramai dengan umbul-umbul GNR, setibanya di depan lapangan D saya langsung menuju tiket box. Di sana sudah ramai dengan orang-orang berkaos  hitam bergambar Guns N' Roses, juga banyak lapak-lapak yang menjual berbagai pernak-pernik GnR. Suasana konser semakin meriah. 

Namun ketika sudah di depan tiket box, yang kami terima bukanlah tiket konser melainkan berita tidak menyenangkan yang simpang-siur. Bahwa konser akan diundur dan dipindahkan lokasinya. Hahh??? Saat nanya ke bagian tiket, mereka pun tidak tahu-menahu dan sedang menunggu konfirmasi resmi dari promotor Indika Production. Ya iyalah.. toh mereka cuma jualan tiket. Banyak calon penonton terpaksa luntang-lantung gak jelas di sekitar area tiket box sambil menunggu konfirmasi resmi dari promotor. 

Selama menunggu kepastian, kami dan calon penonton lainnya larut dalam obrolan seru seputar ketdakpastian acara tersebut. Menurut mereka dikarenakan panggung yang kecil dan tidak sesuai dengan kelas Guns N Roses sebagai band besar. Ditambah lagi kondisi lapangan yang becek dan tidak nyaman. Ada juga yang bilang karena kemauan Axl yang gak mau tampil dengan panggung seperti itu. Semuanya masuk akal. 

Obrolan makin melebar, masing-masing cerita soal kenangan mereka tentang GNR ketika masih muda. Dari video, vcd, dvd dan youtube yang sudah mereka tonton berkali-kali mereka menyimpulkan bagaimana panggung yang ideal untuk band sekelas GNR, lalu membandingkan dengan panggung di lapangan D senayan… argh! mereka kesal untuk kesekian kalinya.

Suasana di depan Tiket Box


Hari semakin sore, dan yang ditunggu akhirnya datang juga. Pihak dari promotor keluar untuk menyampaikan konfirmasi resmi. Pria berkepala plontos dan berkaos Motorhead tersebut langsung dikelilingi wartawan dan calon penonton, dia memberitahukan bahwa konser Guns n Roses diundur besok minggu 16 desember 2012, bertempat di MEIS Ancol, pukul 13.00, open gate pukul 11.00 WIB. Pengunduran jadwal dan pemindahan lokasi ini dikarenakan faktor cuaca dan antisipasi hujan dan petir demi keselamatan penonton dan artis serta sound system. Berita ini langsung memenuhi jejaring sosial dan berita di tv, bahkan di situs resmi GNR, seorang teman malah ngeledek saya lewat Whatsapp haha.. 

Segala cacian dan makian dilontarkan ke Promotor karena kekecewaan penonton. Termasuk official press release Indika Production di facebook juga tak lolos dari protes dan makian, terutama yang datang dari luar kota dan sudah prepare tiket pesawat pulang-pergi dan biaya hotel, berantakan jadwal mereka. Bahkan ada yang dari Bandung yang terpaksa harus nginap di mobil karena duit pas-pasan. Banyak pula yang ingin refund tiket karena yakin konser akan batal. 



Secara teknis, dapat dibayangkan repotnya dari Senayan pindah ke Ancol, bongkar pasang panggung, lighting, instrumen, sound, dan ambul-umbulnya segala, semuanya akan dikerjakan dalam satu malam.. ck ck ck.. padahal MEIS masih akan dipakai untuk konser Sting hingga sekitar jam 11 malam.

Setelah pemberitahuan di lokasi tersebut beberapa orang langsung menuju antrian tiket box, begitu juga saya dan Rizal, tapi tetap saja kami tidak mendapatkan tiket karena penjualan masih ditutup sementara. Apa boleh buat.. kami memutuskan beli dari calo! Ya.. sambil meninggalkan antrian tiket saya tengok kanan-kiri, ada dua bapak-bapak dengan tampang calo, langsung saya dekati.. tapi belum sempat saya ngomong eh dia langsung nawarin tiket duluan.. dasar :p. 

Harga yang ditawarkan 700 ribu, sambil saya memeriksa keaslian tiket, Rizal menawar harga semurah mungkin, 500 ribu.. calo itu malah ketawa. Dia turunkan jadi 650, saya pikir okelah.. tapi masih ragu.. tiket yang saya pegang ini tiket asli atau palsu? Bisa jadi ini hasil scan, tapi karena ada mark semacam nomor berupa bolong-bolong (apa ya istilahnya?) saya yakin ini asli, Rizal juga memeriksa nomor barcode tiket yang dipegangnya, nomornya beda dengan tiket saya, oke.. kita yakin ini asli. Lalu kita cari tempat agak kepinggir supaya tidak terlalu mencolok di keramaian, maka di bawah pohon transaksi pun terjadi. Kedua calo itu tampak senang, dan langsung membagi hasil keuntungan hehe.. saya dan si Rizal pun senang mendapatkan tiket murah, yang seharusnya 770 ribu malah dapet 650 haha..



Tiket sudah dapat, aman.. tinggal menuju ancol besok. Sebelum pulang kami sempat liat-liat kaos dan merchandise GnR yang dijual di lapak-lapak sekitar lokasi. Banyak sekali kaos-kaos GnR “special edition” live in jakarta. Desainnya juga beda-beda, karena memang tidak ada merchandise resmi yang dibuat promotor, jadi bolehlah kita beli yang ada di lapak-lapak itu. Lumayan buat dipakai besok. T-shirt GnR yang sudah saya punya cuma yang bergambar album Lies, dan itu kurang mentereng dan kurang sangar, jadi saya beli yang agak sangar, yang ada gambar tengkorak dan mawarnya.. yooii. Kebetulan ada pula yang menjual kaos band lain selain GnR seperti Metallica, Megadeth, Motley Crue. Nahh.. saya juga beli yang motley crue, itu Thailand punya, built-up.. hehe mumpung lagi ada. Sipp.. belanja udah, tiket juga udah, saatnya pulang, istirahat kumpulkan energi dan bersiap menuju Paradise City besok!! Yeah!

 

Monday, 10 December 2012

The Brandals at Jakcloth 2012


Hampir saja tertinggal menyaksikan The Brandals ketika baru saja tiba di depan panggung Dazzel and Angel di Jakcloth 2012 kemarin, karena terlalu sibuk mengelilingi berbagai booth di sana. Sekitar lewat pukul setengah delapan malam, sayapun harus meninggalkan si Alfan teman lama saya (yang lagi sibuk milih-milih kemeja) untuk segera menuju panggung DnA menyaksikan The Brandals. 

Ternyata sesampainya di depan panggung, mereka sudah selesai membawakan beberapa lagu, masih tersisa 20menit-an, belum terlalu terlambat pikir saya. 

Sembari mengeluarkan kamera dari tas, saya memperhatikan keadaan panggung. Meskipun panggung tersebut tidak dilengkapi backscreen, namun desain backdrop-nya sangat keren, yang tentunya merupakan branding dari brand Dazzel and Angel. 

Tata lampu minim di bagian depan, sehingga wajah dari pemain band tidak terlalu jelas. Persoalan lighting seperti ini merupakan salah satu tantangan dalam setiap foto konser, bagaimana menghasilkan gambar menarik dengan lampu minim. Jika dulu saya selalu mengeluh dan jengkel jika menghadapi kendala seperti ini, namun sekarang saya mencoba lebih fokus menghasilkan gambar yang bagus dibanding "ngedumel". Toh ini bukan foto produk yang semua setingannya udah diatur, ini stage photograpy dimana banyak hal-hal tak terduga, si fotograferlah yang harus siap dengan keadaan apapun.

Kali ini saya memutuskan hanya menggunakan lensa fix (18-55) saja, karena jarak panggung tidak terlalu jauh. Sayapun maju ke depan mendekati panggung, mencari spot yang pas. Melihat bagian tengah penonton tampak agak lengang saya jadi curiga... dan ternyata benar saja, ketika lagu berikutnya mulai dimainkan, beberapa penonton membuat lingkaran dan berputar secara chaos.. hahaha moshpit area, pantas saja tadi agak lengang.

Kembali ke teknis, untuk mengatasi lampu panggung yang cenderung gelap, saya menggunakan ISO 800 meskipun itupun tidak cukup, tapi jika saya naikkan ke 1600 konseuensinya akan timbul noise. F-stop lensa saya cuma mentok di angka f4, kurang lebar untuk menangkap cahaya dalam kondisi tersebut. Sedangkan jika menaikkan Shutterspeed gambarnya dapat lebih terang tapi sudah pasti nge-blur. Saya bertahan di angka 1/40 hingga 1/80, karena jika dikurangi bisa jadi gelap, kalau ditambah bisa jadi terang tapi hasilnya blur gila-gilaan... aaaaa serba salah.

Pantang menyerah, saya menunggu momen yang tepat, memprediksi arah cahaya panggung dan aksi anggota The Brandals. Ternyata cahaya minim juga bisa menghasilkan gambar keren, tinggal mengikuti suasana panggung saja, bentuk-bentuk siluet juga bisa dimainkan... bahkan terlihat lebih mencekam!

Hasil gambarnya agar lebih oke, saya retouch lagi di Photoshop, baik warna, saturasi, dan ketajaman gambarnya. Karena saya ini basic-nya desainer, tentunya lebih mahir ngedit daripada motret.. hehehe..









Thursday, 6 December 2012

Live Performance at Kaskus Jelajah TKP

Hari ke dua Kaskus Jelajah TKP, saya datang sekitar pukul 14.00. Seperti biasa setiba di lokasi acara yang saya lakukan pertama kali adalah memantau panggung, memperkirakan spot yang asik buat motret panggung ketika band perform nanti, dan tentunya nyeting kamera. 

Ada tiga panggung dengan kondisi berbeda. Welcome Stage, berada tidak jauh setelah pintu masuk acara, panggung itu cukup kecil dengan tata lampu yang minim. Kaskus Stage, merupakan panggung utama yang terletak di Plaza Barat, area untuk penonton cukup luas dan tentunya sangat leluasa untuk mengambil gambar dari angle manapun. Indoor Stage, berada di Tennis Indoor yang tentunya keadaannya jauh berbeda dengan 2 panggung outdoor. Tata lampu dan backscreen  tampaknya lebih memukau di panggung tersebut, dan tentunya di lengkapi AC, lumayan buat ngadem sejenak.

Oke..  Masih ada waktu beberapa menit sebelum The Experience Brother main di panggung utama. Saya ke booth F&B terlebih dahulu buat nukerin kupon gratis Coca-Cola, lumayan bikin segar mengingat cuacanya terik. 

Sebenarnya rencananya saya mau mengikuti workshop Stage ID (komunitas fotografi konser), tapi pas sampai sana ternyata acaranya sudah selesai.. argh!  Padahal forumnya di kaskus lumayan rame, pengen banget dapetin ilmu baru kalo aja sempat liat workshopnya, tapi ya sudahlah, karena memang baru tau jadwal acara pas sampe lokasi haha..

The Experience Brother
Sekitar pukul 15.00, The Experience Brother (TEB) menggeber panggung utama Kaskus Stage, duo gitar-drum ini memainkan lagu-lagu dari 2 album mereka yang kental dengan blues dan rock n’ roll. Tidak terlalu banyak penonton yang ada di depan panggung, kebanyakan hanya nonton dari pinggir area sambil duduk-duduk. Sayapun cukup leluasa jeprat-jepret band ini, pindah-pindah angle, dari kanan, dari kiri, maju, mundur. Karena hanya ada 2 personil di band itu, rasanya kurang mantab rasanya jika motret dengan wideshoot, panggung jadi terlihat terlalu kosong,  jadi saya pakai lensa 70-300mm agar bisa motret band tersebut secara individual. Meskipun cenderung fokus ke gitarisnya hehe..






Selesai dengan TEB, lanjut ke Indoor Stage, di atas panggung sudah ada Neurotic – Jmono Music. Kecuali drummernya yang sangat familiar, saya benar-benar gak kenal band ini, yang saya tau cuma Enno Gitara yang ada di balik drum. Saya pun cukup mengambil gambar sekedarnya.  

Kemudian di panggung yang sama, Pure Saturday menyapa penonton yang sudah lama menunggu. Mereka  memainkan lagu-lagu andalannya diiringi sing-along penonton yang benar-benar fans band ini sejak lama. Maklum band alternatif pop 90-an ini memang jarang-jarang tampil saat ini, sehingga konser mereka saat itu menjadi momen mengenang kejayaan era 90-an. Saya sendiri bukan fans Pure Saturday, hanya mengenal beberapa lagunya dan cukup menikmati penampilan mereka.

JKT48
Keluar dari Indoor Stage, meluncur ke panggung utama, dan ternyata diluar sana sudah ramai dengan cowok-cowok abg nanggung dengan t-shirt merah bertuliskan JKT48, wuooow... Idol group yang satu ini juga paling ditunggu di acara tersebut, terlihat dari depan panggung hingga sisi pinggir area jalan sudah dipenuhi penonton yang sudah stand-by menunggu JKT48, padahal baru sekitar pukul 16. 35. Sedangkan menurut rundown mereka akan perform pukul 17.00! masih setengah jam lagi tapi saya sudah susah cari spot buat motret, jangankan buat nonton, buat jalan saja sudah susah!! Hahaha...

Waktu semakin dekat, di panggung tampak microphone milik member JKT48 mulai disiapkan oleh kru, penonton semakin gak sabar, mereka tahu jika mick mulai disiapkan, waktu perform semakin dekat. Benar saja.. mulai terdengar opening-voice yang biasa terdengar sesaat sebelum mereka memasuki stage.  Penonton ikut meneriakkan “JKT48” sambil mengacung-acungkan stick-light warna-warni. Tak lama kemudian Member JKT48 satu-persatu memasuki stage, menghampiri mick-nya masing-masing. Dan... ahh itu dia.. Melody, berdiri paling depan dan langsung membuka hitungan “one-two-three-four!!” seketika itu juga Heavy Rotation menggetarkan bagian Barat Senayan!!

Saya, cukup jauh dari panggung dan harus berdiri di pijakan batas jalan untuk dapat melihat mereka lebih jelas. Tapi entah kenapa perasaan saya jadi tidak menentu ketika melihat Melodi hahaha...  entah terlalu excited atau grogi atau entah kenapa, jadi gak fokus.  Gadis itu memang terlihat lebih cuuantik jika dilihat dengan mata kepala langsung, dan auranya... hahhh.. *gak bisa nulis lagi*

Berusaha tetap tenang, pasang lensa zoom untuk dapat “menjangkau” Melodi dan member lainnya. Untunglah saya sudah hampir hafal lagu dan gerakan dance-nya, sehingga memudahkan saya untuk menangkap gambar. Mempelajari performance mereka maupun band lainnya sangat penting untuk tahu kapan mereka akan mengeluarkan gerakan-gerakan cepat, ekspresi unik, dan kapan mereka cenderung diam, sehingga sang fotgrafer pun siap.

Empat lagu dibawakan JKT48, Heavy Rotation, Baby Baby Baby, Ponytail to Shushu, dan lagu terbaru Gomen no, Summer. Performance mereka cukup menarik & enerjik, dengan kostum berhiaskan glitter yang membentuk pola bendera Inggris, dan rok mini serta sepatu boots.  Walaupun target utama saya adalah Melodi, Sonya, Nabilah, tapi posisi saya tidak memungkinkan untuk mengambil semua personil secara jelas. Saya bahkan harus memaksimalkan vocal-lenght lensa ke 300mm pol haha.. ya segitu jauhnya posisi saya ke panggung, malahan sesekali saya menikmati penampilan mereka melalui view-finder agar lebih jelas,  seperti melihat dengan teropong :p 





Gribs
Break magrib hingga setengah tujuh, kemudian saya mempersiapkan diri di dekat Welcome Stage, menunggu Gribs. Saya menyayangkan pertunjukkan mereka yang ditempatkan di panggung sekecil itu, dengan tata lampu yang minim pula. Padahal performance mereka sangat eksentrik namun tidak didukung dengan tata panggung yang memukau. Mesikipun begitu, Gribs tetap tampil maksimal menghajar dengan lagu-lagu jagoannya dan konsisten dengan attitudenya, Rocks!!!






Koil
Beranjak malam, Koil membawa suasana suram di Indoor Stage!! Beberapa lagu pamungkas dengan balutan Gothic-Rock digeber malam itu, Apa yang Kita Percaya, Kenyataan dalam Dunia Fantasi, Aku Lupa Aku Luka. Koil merupakan band yang sangat fotogenic menurut saya, dari wardrobe, set panggung, back-screen, semuanya sesuai dengan konsep musiknya. 





Gugun Blues Shelter
Ini band yang terahir saya saksikan dalam Jelajah TKP saat itu. Secara visual band ini tidak terlalu istimewa, kecuali bassis-nya yang bule. Tapi musiknya... wuihh sedaapp banget!!! Saya merasa ada chemistri antara saya dan musik yang mereka mainkan, sehingga hasil fotonya cukup bagus hehe.. 




Wednesday, 15 August 2012

Logo Coffee Shop - Serupa Tapi Tak Sama


Mengunjungi kedai kopi sepulang dari kantor merupakan aktivitas yang sering kali saya lakukan untuk melepas lelah karena macet dan jenuh. Beberapa coffee shop telah saya kunjungi, karena setiap tempat memiliki sajian kopi andalannya masing-masing. Beruntunglah sekitar Blok M banyak tempat ngopinya hehe. Namun ketika saya berada di sebuah coffee shop franchise lokal, dalam keadaan lelah dan pikiran sedikit nge-blank mata saya terus tertuju pada signage yang bergambar logo coffee shop tersebut. Tiba-tiba seperti ada tombol kejut! pikiran saya menelusuri data base di memori otak, seperti search engine yang mencari data dengan satu kata kunci. Yup, logo coffee shop tersebut menjadi ‘kata kunci’ bagi logo-logo coffee shop lainnya karena memiliki beberapa kesamaan.
Jika diperhatikan, banyak logo coffee shop franchise di Indonesia yang bentuknya menyerupai logo Starbucks. Ini mengusik saya sebagai orang yang berkecimpung dalam dunia desain grafis. Tanpa bermaksud mengurangi rasa hormat terhadap brand dan desainer brand tersebut. Saya hanya heran kenapa logo-logo itu harus dibuat menyerupai  dengan Starbucks?





Bentuk dasarnya berupa lingkaran dan terdapat simbol di tengahnya. Kemudian teks yang merupakan nama brand melingkar di atas dan bawah simbol. Semua logo yang saya tampilkan disini memiliki komposisi dasar yang sama seperti starbucks. 

Entah faktor apa yang membuat logo-logo tersebut dibuat dengan bentuk sedemikian rupa. Apakah  karena konsep usahanya berupa franchise sehingga logonya harus mengacu pada bentuk dasar logo Starbucks yang merupakan franchise kedai kopi terbesar? Inilah tanda tanya buat saya. 

Namun jika hal tersebut tidak saling berkaitan, manurut saya ada baiknya membuat diferensiasi lain yang lebih memiliki nilai khas sesuai yang dimiliki masing-masing coffee shop.Seperti gambar logo-logo di bawah ini, masing-masing memiliki karakter visual yang kuat namun tetap simple.


Sunday, 6 May 2012

Creative Blog Writing - Rahasia Menulis Blog Lebih Kreatif



Bisa saya katakan, jarang sekali buku dengan tema unik seperti ini, buku mengenai blogging yang membahas tentang penulisan blog. Jika buku lain bicara soal teknis seperti cara bikin blog, cara membuat postingan, cara membuat adsense, dan sebagainya, maka buku karya Ollie ini diluar dari itu semua.
Buku ini lebih banyak menekankan pada tips-tips menulis di blog, seperti:
  • Mencari ide atau tema menulis
  • Mengupas elemen-elemen di blog
  • Bagaimana cara menyediakan waktu untuk ngeblog?
Itu semua dijabarkan ke dalam beberapa point dan dibahas lebih detail. Apa yang ditulis Ollie dalam buku tersebut merupakan pengalamannya selama menjadi blogger dan juga apa yang telah didapatkannya selama itu, seperti ketika ia menuturkan bagaimana menyenangkannya menjadi seorang blogger, bisa keliling dunia gratis dan mencicipi gadget terbaru secara gratis pula. Semua pengalaman itu dituangkan Ollie secara terstruktur dan rapih. Tidak hanya itu, berbagai masalah dan kendala dalam blogging dituangkan sekaligus dengan solusi dan trik mengatasinya, menarik bukan?

Melihat fisiknya, buku ini terlihat imut tapi menggigit, desain covernya fancy dan cute. Dengan tebal 110 halaman dan ukuran 13 x 19 cm menjadikan buku ini enak untuk dibawa kemana-mana dan tidak bikin berat jika dimasukkan ke dalam tas.

Di luar keunggulan buku ini, saya tidak melihat kelemahan yang significant. Hanya saja lebih baik jika layout buku ini diberi gambar-gambar ilustrasi agar lebih menarik, seperti buku Ollie sebelumnya yang berjudul Eazy Bizz di mana setiap awal bab ada gambar ilustrasi yang lucu.

Ketika mencari buku ini di Gramedia, saya menemukannya pada kategori komputer / blog, karena buku ini memang bicara seputar blog. Namun menurut saya sebaiknya buku ini juga dimasukkan dalam kategori bahasa, karena membahas tentang teknik menulis namun medianya merupakan media elektronik yaitu internet, bukan buku atau media massa. Kurang lebih sejajar dengan buku-buku dengan tema seperti: cara menulis cerpen, cara menjadi penulis buku best seller, dan buku sejenis itu.

Overall, buku ini tetap menjadi referensi penting karena banyak sekali insight di dalamnya, terutama buat kamu yang rajin nge-blog atau yang mau terjun ke dunia blog. Apalagi harganya cukup terjangkau, pas untuk kantong mahasiswa, hanya Rp 24.000 saja kamu sudah mendapatkan banyak ilmu di dalamnya.

Sekilas tentang penulis buku:
Ollie merupakan enterpreneur dalam berbagai bisnis Online, antara lain toko buku online www.kutukutubuku.com, online sel-publishing www.nulisbuku.com, eCommerce consultant www.tukusolution.com, game studio www.tempalabs.com hingga Muslimah fashion line-nya sendiri www.salsabeelashoop.com.

Ollie telah menghasilkan lebih dari 20 buku fiksi dan how-to seputar pembuatan website/blog.
Kesuksesannya dalam bisnis startup membawanya menjadi model dalam TVC Indosat Im3 bersama beberapa pengusaha sukses lainnya. Saya sendiri pertama kali mengenal Ollie secara tidak langsung melalui bukunya tentang Joomla! Jangan lupa follow akun twitternya @salsabeela dan liat blognya di www.salsabeela.com, dan sekalian follow saya juga @greatdaru hehehe...

Mengemas CD secara praktis dengan kertas A4

Biasanya kita membeli CD atau DVD dalam jumlah banyak untuk stok, namun seringkali kita tidak membeli CD case-nya, sehingga ketika selesai nge-burn dan ingin menyerahkan ke pihak lain (ke percetakan misalnya) kita tidak tahu harus menggunakan apa sebagai cover atau pelindungnya.

Namun ada cara mudah untuk mengemas CD secara praktis namun tetap terlihat rapih. Hanya dengan menggunakan kertas A4, dan melipatnya beberapa kali, tanpa perlu menggunting maupun lem. Berikut ini langkahnya.

1. Siapkan kertas A4, letakkan CD di tengah kertas




2. Lipat kedua sisi kertas ke dalam




3. Geser CD ke atas, kurang lebih 2 cm dari sisi paling atas



3. Lipat kertas ke atas pada bagian bawah CD, sehingga lipatan tersebut menutup CD


 


4. Lipat ke bawah bagian atas kertas yang tersisa, sehingga tampak seperti menutup amplop.




5. Lipatan tersebut kemudian disisipkan ke dalam kertas, masukkan diantara lipatan dua sisi samping.


6. Hasilnya akan tampak seperti gambar.



7. Kamu juga bisa menambahnya dengan tulisan atau gambar, baik dengan cara manual maupun dengan komputer :)

Hobi vs Rutinitas Kerja


Rutinitas dalam pekerjaan merupakan tali kekang bagi seorang karyawan yang memiliki banyak minat dan ketertarikan terhadap banyak hal seperti saya.  Sembilan jam sehari, lima hari seminggu - belum termasuk lembur dan macet di jalan - sudah sangat menguras tenaga dan pikiran, apalagi jika pekerjaan tersebut bukan termasuk passion kita, maka semakin terasalah beban tersebut.  

Passion yang kita miliki ternyata hanya sebatas hobi yang harus bersaing dengan realitas didepan mata, yaitu pekerjaan sehari-hari yang membosankan.  Pelampiasan terhadap hobi menjadi sesuatu yang mahal, namun bagaimanapun caranya tetap harus dilampiaskan, karena saya toh manusia bukan mesin pabrik.
Begitu banyaknya minat dan hobi, saya pun harus lebih cerdas dalam mengatur waktu untuk bisa mengeksekusi semua itu. Berikut saya jelaskan beberapa contoh solusi yang sudah saya kerjakan.

Blogging
Jika dulu kegiatan menulis hanya dapat dilakukan diatas kertas, maka berungtunglah saya saat ini dapat menulis di perangkat elektronik seperti  smartphone yang dapat dibawa kemanapun. Itu sekaligus menjadi solusi utuk mengatasi keterbatasan waktu, dengan perangkat tersebut saya dapat langsung menulis beberapa bagian atau paling tidak menulis point-point utama,  untuk kemudian tulisan tersebut disempurnakan lagi di laptop dan kemudian dipublish ke blog. 
Membaca
Hal yang  satu ini sudah hobi saya sejak kecil, kegemaran membaca mengantarkan saya menyukai dunia tulis-menulis.  Jika dulu saya dapat membaca buku dan koran setelah pulang sekolah, beda dengan kondisi sekarang dimana saya sudah bekerja. Saya membaca di dalam bus transjakarta dalam perjalanan pulang atau pergi bekerja. Di sela-sela waktu bekerja pun saya sempatkan untuk membaca blog dan berita di berbaga situs seperti yahoo news atau detik.com, itu cukup membantu untuk update informasi.  Meskipun membaca blog dapat dilakukan dengan smartphone di jalan, tapi rasanya kurang puas dengan layar yang tanggung.
Menggambar
Hobi  inipun juga sudah saya jalani sejak kecil. Jika dulu saya hanya menggambar diatas kertas, saat ini saya bisa menggambar dengan wacom yang lebih praktis dan paperless sehingga menghemat penggunaan kertas. Tapi saya menggambar hanya disaat mood tertentu, jadi tidak dipaksakan seperti hobi lainnya.
Film
Menonton film mungkin hanya memakan waktu kurang lebih 2 jam saja, namun jika nontonnya di bioskop dan bareng teman atau gebetan tentunya tidak cukup cuma nonton, tapi juga disertai jalan-jalan di mall, makan, dan ngobrol sehingga ini menghabiskan banyak waktu, anggap saja kurang-lebih 4-5 jam, tentu waktu seperti ini hanya bisa dilakukan tiap akhir pekan. Namun jika nonton melalui DVD tentunya lebih praktis karena bisa dilakukan di rumah setiap hari sepulang kerja.
Musik
Hobi musik saya hanyalah sebatas mendengar musik dan nonton konser, bukan bermain musik atau nge-band. Ini bisa saya lakukan pada akhir pekan, sekaligus menalankan hobi fotografi konser. Itupun tidak tentu waktunya, tergantung dengan event yang sedang berlangsung apakah menarik untuk saya atau tidak.
Fotografi
Ketertarikan saya terhadap fotografi -  terutama yang berkaitan dengan musik - karena melihat foto-foto di cover CD dan foto-foto konser musik, berangkat dari situ saya mulai rajin datang ke berbagai konser untuk mengasah skill fotografi saya. Karena konser musik  biasanya diadakan pada akhir pekan, jadi saat itulah saya akan menyediakan waktu untuk datang ke konser.
Fitness
Inilah hobi yang paling berat, keras, dan menguras tenaga. saya menjalaninya setiap pulang kantor, 2- 5 kali, itupun sudah agak malam dan mendekati saat-saat gym dan mall-nya tutup, sekitar jam 8.30. Tapi mau bagaimana lagi, waktu saya tidak banyak, jadi memang harus dipaksakan datang ke gym yang kebetulan ada di dalam mall.
Menghabiskan sisa tenaga setelah seharian kerja dan macet2an di jalan. Konsekuensinya saya sering bangun kesiangan dan telah ngantor haha... but it's oke karena fitness itu menyegarkan dan menyenangkan.

Dari semua itu intinya adalah manajemen waktu, terutama bagi yang masih jadi karyawan seperti saya, jam kerja 9 to 6 tidak dapat ditawar, jadi harus lihai mengatur waktu.
  • Gunakan  waktu se-efisien mungkin. Menyelesaikan semua pekerjaan di kantor secepat mungkin agar saya dapat menulis untuk blog atau sekedar membaca berita dan blog lain.
  • Manfaatkan kesempatan sebaik mungkin. Adakalanya saya dapat waktu luang yang cukup nyaman, seperti di dalam busway dan kebetulan dapat tempat duduk, maka saya manfaatkan untuk membaca buku saya bawa.
  • Pilih waktu dengan bijak sesuai dengan prioritas. Ketika ada tayangan menarik di televisi dan ada kesempatan untuk menulis, pilih mana? menulis atau nonton tv? Tentu saya pilih sesuai kebutuhan saat itu, jika memang ada yang ingin ditulis tentu saya akan menulis, namun jika saya sudah lelah dan jenuh, maka saya lebih baik nonton tv saja untuk sekedar refresing, toh menonton tv tidak menggunakan otak dan tidak perlu mikir, cuma tinggal liat aja...
Jika cara diatas masih belum sesuai, berikut ini ada solusi lain yang agak extreme:
Carilah pekerjaan yang sesuai dengan gaya hidup kamu, bukan gaya hidup kamu yang mengikuti pekerjaan kamu. Menjadi pengusaha dengan anak buah adalah pilhan paling enak, sebagai pengusaha tentu kamu bisa menjalani  hobi kamu kapan saja selama urusan bisnis sudah dipegang anak buah kepercayaan.

Perihal Blog yang Sempat Terbengkalai

Ketika melihat blog archive, saya baru sadar, ternyata selama 2010 saya sama sekali tidak membuat postingan apapun di blog! Gila.. Kemana aja selama itu?! Entah sibuk sama kerjaan atau sama gebetan, padahal di jurnal yang saya simpan di hard drive laptop saya, ada beberapa tulisan yang saya buat pada 2010. tapi entah kenapa tidak saya posting di blog, tulisan tersebut memang masih mentah, hanya tinggal diedit dan dipoles sedikit seharusnya sudah bisa di publish, tapi yang saya lakukan tidak seperti itu, malah saya acuhkan begitu saja.

Terlalu banyaknya pertimbangan sepertinya menjadi penyebab utama, kebiasaan saya adalah tidak akan mempublikasikan karya yang belum jadi. termasuk tulisan untuk blog, bahwa tulisan tersebut harus diedit dan dikoreksi berkali-kali, perihal penggunaan bahasanya, alurnya, dan sebagainya. Jika saya masih belum sreg juga, maka saya tetap tidak akan mem-publishnya. dan akhirnya malah benar-benar tidak mem-publish apapun.

Padahal yang namanya kesempurnaan adalah masalah proses, semua yang sudah pernah saya kerjakan akan terlihat kemajuannya, tingkat kematangannya. Seperti dalam galeri online saya di situs Deviantart, disana terlihat karya saya ketika masih baru belajar ilustrasi vector hingga sudah lumayan mahir, terlihat progress yang significant.

Seperti itulah yang harusnya saya lakukan juga terhadap karya tulis saya di blog ini. Mau bagus atau jelek, mau dibaca orang atau tidak, mau dikasih komen orang atau tidak, saya harus tetap aktif menulis dan menulis.

Sunday, 29 April 2012

Sekilas Tentang CD Packaging

CD Packaging atau kemasan CD merupakan pelindung utama yang akan mengurangi resiko kerusakan, seperti tergores, patah, jamur, dan sebagainya. CD case yang tersedia di toko-toko ada banyak jenisnya, kamu bisa memilih sesuai dengan kebutuhan CD, apakah itu untuk promo album musik, company profile, portfolio atau sekedar untuk disimpan secara pribadi.

Beberapa jenis tipe CD case tersebut yaitu:

Jewel Cases
Merupakan kemasan CD yang paling umum digunakan, berbahan plastik dan terdapat 3 lapisan. Lapisan depan yang dapat disisipi cover atau booklet, lapisan tengah untuk meletakkan cakram CD yang terdapat gerigi ditengahnya yang dapat menahan posisi CD agar tidak mudah bergeser, lapisan ketiga - yang juga merekat dengan lapisan kedua - sebagai penutup yang dapat disisipi cover belakang dan biasanya menampilkan daftar isi CD.



Multi-disc Cases
Kemasan CD yang dapat memuat 2 hingga 6 CD, bentuknya tidak jauh berbeda dengan single Case, hanya saja di dalamnya terdapat beberapa layer sehingga dapat menyimpan bebererapa CD.





Clam shell cases
Ini jenis kemasan CD yang paling simpel dan lebih aman dibanding jenis lainnya. Bentuknya biasanya bulat dan nge-pres ketika ditutup, sehingga meminimalisir CD bergeser / berputar yang bisa menyebabkan CD tergores. Namun jenis ini tidak dapat disisipi cover kecuali berupa stiker yang memungkinkan ditempel dibagian luarnya.




Paper Sleeve
Kemasan CD ini terbuat dari kertas karton, bentuknya seperti amplop atau kantong namun dengan ukuran yang sesuai dengan diameter CD. Jenis kemasan ini lebih ekonomis dan praktis, sehingga sangat tepat menggunakan jenis ini jika ingin menyertakan CD sebagai bonus majalah, demo CD, company profile, dan bentuk promo lainnya.