Photobucket

Rock Photography

Helloween live at Java Rockin'land 2011

Photobucket

Rock Photography

The Brandals @Jakcloth 2012

Photobucket

Rock Photography

Koil at Kaskus Jelajah TKP

Photobucket

Rock Photography

Jono of Gugun Blues Shelter

Photobucket

Rock Photography

Koil at Kaskus Jelajah TKP

Sunday, 29 April 2012

Sekilas Tentang CD Packaging

CD Packaging atau kemasan CD merupakan pelindung utama yang akan mengurangi resiko kerusakan, seperti tergores, patah, jamur, dan sebagainya. CD case yang tersedia di toko-toko ada banyak jenisnya, kamu bisa memilih sesuai dengan kebutuhan CD, apakah itu untuk promo album musik, company profile, portfolio atau sekedar untuk disimpan secara pribadi.

Beberapa jenis tipe CD case tersebut yaitu:

Jewel Cases
Merupakan kemasan CD yang paling umum digunakan, berbahan plastik dan terdapat 3 lapisan. Lapisan depan yang dapat disisipi cover atau booklet, lapisan tengah untuk meletakkan cakram CD yang terdapat gerigi ditengahnya yang dapat menahan posisi CD agar tidak mudah bergeser, lapisan ketiga - yang juga merekat dengan lapisan kedua - sebagai penutup yang dapat disisipi cover belakang dan biasanya menampilkan daftar isi CD.



Multi-disc Cases
Kemasan CD yang dapat memuat 2 hingga 6 CD, bentuknya tidak jauh berbeda dengan single Case, hanya saja di dalamnya terdapat beberapa layer sehingga dapat menyimpan bebererapa CD.





Clam shell cases
Ini jenis kemasan CD yang paling simpel dan lebih aman dibanding jenis lainnya. Bentuknya biasanya bulat dan nge-pres ketika ditutup, sehingga meminimalisir CD bergeser / berputar yang bisa menyebabkan CD tergores. Namun jenis ini tidak dapat disisipi cover kecuali berupa stiker yang memungkinkan ditempel dibagian luarnya.




Paper Sleeve
Kemasan CD ini terbuat dari kertas karton, bentuknya seperti amplop atau kantong namun dengan ukuran yang sesuai dengan diameter CD. Jenis kemasan ini lebih ekonomis dan praktis, sehingga sangat tepat menggunakan jenis ini jika ingin menyertakan CD sebagai bonus majalah, demo CD, company profile, dan bentuk promo lainnya.


Tuesday, 24 April 2012

Inspiring Designer - P.R Brown

Salah satu desain cover album yang membuat saya terkagum-kagum ketika SMA adalah cover Marilyn Manson, album Holy Wood (In the Shadow of the Valley of Death) yang dirilis tahun 2000, album ini saya pinjam dari teman.. :p






Dari segi artistik, cover tersebut merupakan cover terbaik bagi saya saat itu, visualisasinya sangat berbeda dengan cover album band lain yang musiknya sedang nge-trend. Nuansa suram sangat dominan, penuh simbol-simbol yang diinspirasi dari tarot dan ilmu alchemy, dimana setiap member band menggambarkan karakter tertentu yang biasa terdapat dalam kartu tarot dan merefleksikan suatu makna.

Setelah beberapa saat terkagum-kagum, mata saya langsung mencari-cari bagian credit title, karena disitulah biasanya tertera nama-nama yang terlibat dalam pembuatan album termasuk art cover. Lalu saya menemukan sebuah nama, P.R Brown, inilah orang yang paling bertanggung jawab terhadap kegilaan desain cover tersebut. Nama ini kemudian menjadi familiar dalam benak saya untuk art cover bagi scene modern rock dan metal, karena dari sekian banyak album yang saya koleksi, ternyata diantaranya dikerjakan oleh Brown untuk art covernya.

P.R Brown bersama agency desain miliknya, Bauda Design Lab, banyak mengerjakan proyek dalam industri musik, seperti desain cover album, video klip, hingga fotografi. Di awal karirnya, Brown kerap bekerjasama dengan Marilyn Manson untuk berbagai material visualnya. Hingga saat ini, band dan artis yang menjadi kliennya antara lain Papa Roach, Disturbed, Motley Crue, Slipknot, Korn, The Used, Sevendust, dan banyak lagi.

Untuk video klip, Brown menjadi sutradara dengan mengerjakan video untuk Billy Corgan, Evanescence, Seal, Audioslave, Prince, Jack White & Alicia Keys, Slipknot, Sevendust, Matisyahu, Mötley Crüe, Goo Goo Dolls, Static-X. Fotografi yang dikerjakan Brown juga digunakan dalam cover album, seperti album Billy Corgan, Godsmack, dan Marion Raven.


Sedangkan diluar industri musik, Brown mengerjakan iklan TV commercial (TVC) untuk berbagai produk.

Karya-karya Brown memiliki karakteristik dan konsep visual yang kuat. Hampir semua karyanya - khususnya untuk cover album - memiliki sentuhan Grunge Style, dengan kesan dirty look, kasar, penggunaan tekstur, warna minimalis dan suram, namun hasil akhirnya begitu artistik. Ditambah lagi dengan teknik fotografi yang disempurnakan dengan permainan digital imaging yang sangat dominan dalam karyanya. Tentunya desain cover yang dibuat tidak lepas dari pengaruh musik yang ada dalam album itu sendiri.

Dari sekian banyak karya yang telah dihasilkan, beberapa diantaranya merupakan favorit saya, yaitu video klip Sixx A.M berjudul Lies of the beautiful People. Video tersebut menggabungkan slide-slide Photography dan video yang diolah sedemikian rupa sesuai lirik dan musiknya. Video ini seolah ingin  merubah persepsi tentang keindahan itu sendiri menjadi sesuatu yang lain, dengan menampilkan foto-foto berbagai sosok dengan tubuh yang “kurang sempurna” yang dimake-up dan mengenakan kostum aneh, dan dibuat slideshow dan efek noise. Konsep tersebut sepertinya tak lepas dari Nikki Sixx (pentolan & bassist Sixx A.M yang juga bassist Motley Crue) yang juga mendalami dalam fotografi.

Berikut video klipnya:




Sementara untuk desain cover favorit saya dari P.R Brown tentu saja album Marilyn Manson yang saya sebutkan di awal tulisan ini, selain itu album Mechanical Animal dari Marilyn Manson juga menarik, album ini sangat berbeda, desainnya lebih clean dan minimalis dengan latar belakang putih, namun di dalam kenyamanan dan teraturan visual tersebut, tetap saja ada elemen visual yang “menghantam mata”, yaitu foto Manson yang berpenampilan seperti androginy dan sedikit vulgar, dan harus disensor untuk dapat beredar di pasar musik Indonesia.



Sebenarnya saya ingin sekali melakukukan interview secara online dengan Brown agar blog saya lebih eksklusif hehe, namun berhubung keterbatasan waktu maka hanya informasi tersebut yang dapat saya share, mudah-mudahan dapat menjadi inspirasi bagi desainer lainnya, terutama yang berkutat dengan industri musik. Untuk melihat karya-karya Brown lebih lengkap dapat mengunjungi di websitenya


Saturday, 21 April 2012

My interest in album cover design

Ketika di bangku sekolah dulu, saya belum menyadari benar bahwa beberapa hal yang menjadi passion saya ternyata dapat saling berhubungan satu sama lain. Bahkan setiap kali saya mendengarkan lagu-lagu dari koleksi kaset sambil memandangi cover albumnya, bukan sedang menghafal liriknya, melainkan mengagumi  desain cover album tersebut.

Yap, ini tentang saya, dan ketertarikan saya terhadap desain cover album.

Sejak SMP memang saya sudah mengoleksi kaset-kaset rock, baik band luar maupun lokal. Kaset sebagai benda koleksi tentunya membuat saya menaruh apresiasi yang besar terhadap desain covernya. Cover menjadi  karya seni yang tidak dapat dilepaskan dari musik dalam album tersebut.
Pada usia yang mulai menginjak abg itu, musik merupakan hal baru bagi bagi saya, sedangkan dunia menggambar sudah akrab dengan saya sejak balita, sehingga cover album sering kali menjadi pertimbangan  utama dalam membeli kaset.

Selera saya akan desain juga masih terbilang norak, lebih menyukai cover album penuh warna dengan gambar-gambar ilustrasi yang dominan, permainan teks yang overlap dan terkesan acak, pokoknya.. shocking  visual yang memanjakan mata adalah bentuk visualisasi yang menarik. Maklum, mungkin pengaruh usia yang  belia :p

Beberapa cover album favorit saya ketika SMP diantaranya adalah:
  • Dewa19 album Terbaik-terbaik (1994)




  • Flowers - 17+ (1997)

  • Edane album Borneo (1997)

  • Slank (beberapa album)



Sedangkan untuk album luar, lebih banyak lagi yang menjadi favorit. Diantaranya adalah:

•    Motley Crue album greatest hits, dengan gambar ilustrasi yang sangat menarik untuk saya.





•    Cover album Steve Vai – album Passion and Warfare dan album Fire Garden, dua album tersebut dipenuhi ilustrasi surealis, penuh simbol-simbol aneh - yang belakangan ini baru mengerti ternyata simbol tersebut merupakan simbol illuminati.






•    Rolling Stone album Bridges to Babylone karya Stevan Sagmeister,



•    Prodigy album Fat of The Lamb, dan  banyak lagi.



Art Cover with my style
Ternyata apresiasi saya tidak cukup dengan mengoleksi, bahkan saya membuat cover kaset sendiri. Saat itu memang saya sering membuat rekaman lagu dari kaset lain maupun dari radio. Dengan kaset kosong C-60 atau C-90, saya merekam kompilasi lagu-lagu yang saya suka dari kaset lain yang saya pinjam dari teman atau dari radio, saya merekamnya dengan tape milik ayah yang memiliki 2 deck untuk kaset. Maka jadilah sebuah kaset kompilasi ala Daru haha... Kompilasi tersebut saya buat covernya supaya lebih keren.

Untuk pengerjaannya, karena belum mengenal komputer apalagi Photoshop, maka album kompilasi suka-suka tersebut saya buat secara manual, bahan kertasnya adalah art karton yang saya ambil dari kalender bekas.. haha, gambar dan grafisnya saya buat dengan spidol berbagai warna, termasuk judul-judul lagunya.

Barulah ketika SMA saya mulai sedikit mengenal komputer, maka hobi membuat cover saya buat di komputer. Spek saat itu adalah prosesor Pentium 100Mhz, RAM 164, dan Windows 95.. haha jadul banget gak sih... dan di kompie tersebut memang sudah ada Photoshop versi 5.0, tapi saya belum mengerti cara menggunakannya, tools-nya juga terlalu banyak, entah itu untuk apa saja, sehingga rasanya lebih mudah mendesain dengan Ms.Paint bawaan windows. Dengan tampilan interface yang lebih simpel saya merasa nyaman, karena cuma ada tool Brush, pencil, eraser, select tool, dan type tool. Maka dengan segala kemampuan dan upaya, saya mendesain cover dengan tools yang terbatas tersebut. Hasilnya? untuk sementara cukup lumayan...

Mendesain cover album ternyata menjadi experience yang menyenangkan, saat itulah cita-cita saya ingin  menjadi desainer cover album dan berkecimpung dalam dunia musik seperti Dik Doang dan Dimas Djay. Saya  melihat Dik Doang di TV, selain sebagai penyanyi yang baru mengeluarkan album, dia juga bercerita tentang  pekerjaannya sebagai desainer cover album.

Sedangkan untuk Dimas Djay, memang lebih familiar dikenal sebagai sutradara video klip, belakangan saya
tahu melalui kaset koleksi saya, ternyata Dimas juga mendesain cover album untuk beberapa band. Alasan cita-cita saya diperkuat dengan penampilan mereka yang cuek, bukan seperti pekerja kantoran yang  formal, Dimas yang identik dengan rambut gondrongnya dan t-shirt hitam, Dik Doang dengan gayanya yang  nyantai tapi fun, seolah mereka menikmati pekerjaan dan hdupnya.

Semakin lama, kedekatan emosional antara saya - desain dan musik semakin kuat, cita-cita tersebut terus berdenyut dalam kepala saya, seperti bom waktu yang terus berdetak dan menunggu untuk  meledak.
Bahkan ketika kuliah di jurusan Desain Komunikasi Visual, seringkali saya membuat tugas kuliah yang masih berkaitan dengan musik. Pada Tugas Akhir saya membuat website untuk sebuah band metal Jakarta. Tugas skripsi saya membahas mengenai ilustrasi pada desain cover album.

Music Industry
Gayung bersambut seirama cita-cita saya. Selepas kuliah, saya bekerja di sebuah record label yang sedang berkembang di Jakarta. Tentu saja saya membuat desain cover album untuk berbagai grup musik dan penyanyi. Beberapa artis sudah tenar sebelum albumnya dirilis perusahaan tersebut. Namun sebagian besar adalah pendatang baru di industri musik. Sebagai band pendatang baru, mereka tentu membutuhkan brand dan image yang nantinya akan terus diingat publik, dan disitulah tantangan saya, memberikan brand dan image dalam cover album yang akan dirilis.

Selama di record label, telah belasan cover yang saya buat termasuk merchandise dan media promosi lainnya. Namun saat jurnal ini ditulis, saya telah lama meninggalkan perusahaan tersebut, dan tidak lagi membuat cover album. Namun ketertarikan saya terhadap art cover belum hilang, saya masih membeli CD dari band-band favorit, walaupun tidak semua covernya menarik.

Zaman telah berubah, digitalisasi seperti gelombang kapitalisme baru yang menjajah bentuk fisik yang konservatif.  Saat ini sebagian orang lebih memilih men-download lagu per-lagu ketimbang membeli CD atau kaset, hanya orang-orang tertentu yang memiliki apresiasi yang besar saja yang masih membeli CD. Lalu ketika permintaan karya rekaman fisik mengalami penurunan, bagaimana peran desainer cover album saat ini? Berhubung ini sudah masuk dalam ranah bisnis dan industri, maka saya akan membahasnya dalam postingan saya selanjutnya :D